Tag Archives: Prosa

Hai,
Sudah berapa lama kita tidak bersua?

Satu hari? Dua minggu?

Tidak penting berapa hari. Waktu tidak akan sebegitu membodohi kita. Dia berkuasa, tentu, tapi tidak atas kita. Hari-hari kau tidak ada pun, sesuatu tertinggal. Mengikuti seperti hantu. Kau yang paling kupercaya.

Apa yang paling membingungkan selain hubungan? Mereka naik ke haluan, lalu turun ke lambung. Dan di setiap anak tangganya, mereka bercerita. Kau dan aku, pasangan tak terpisah. Kalau satu saat, Yang Kuasa tidak lagi mengizinkan kita bertemu, kau tetap akan ada di sampingku. Mungkin tersenyum mendengar cericau bodohku. Karena tak ada lagi kau sebagai penuntun.

Kau yang paling kupercayai.

Di depanmu, aku suka menutup pintu. Yang kukunci baik-baik. Kadang, tak kuizinkan kau masuk ke baliknya. Tempat di mana aku berpesta pora. Tempat aku melupakan keindahan batinmu. Tempat di mana aku mudah sekali terlupa, lalu tersandung.

“……………”

Hai,
Kau yang suka berkata-kata. Di satu tempat dalam bagianku, kau berdiri dengan angkuh. Mendikte. Mencaci. Mengoreksi. Kau sering terlupa aku punya kata-kata yang berbeda. Akan semua yang berlawanan. Nanti, kalau kita tidak bisa lagi bersatu, kita akan selalu memegang hal yang kita yakini. Bersama.

Lewat beberapa waktu, kita mudah sekali terpisah. Kau dengan lembar-lembar taktis, aku dengan angan-angan tentang kemuliaan obyek. Dan saat kita tidak bisa dipersatukan, aku hilang kendali. Persimpangan tidak bisa terlihat begini banyak. Setiap marka berputar tanpa mau menunjuk dengan jelas.

Hai,
Kita bertemu lagi. Dalam kondisi yang paling tidak memungkinkan. Tapi, apa yang lebih indah dari kemungkinan yang lahir dari kemustahilan? Lalu, aku melihatmu di ujung sana. Kau terus menanti. Aku tahu kau selalu ada di sana. Mungkin karena itu aku jadi begitu ceroboh.

Kau akan merangkulku lagi, kan? Dengan semua kemustahilan dua sisi yang bersatu. Melahirkan kemungkinan baru yang lebih luas.

Hai, apa kabarmu?

 

sampai